Ray Dalio menggambarkan gejolak pasar saat ini sebagai momen langka yang mencerminkan kerusakan sistemik yang mendalam.
Pendiri miliarder hedge fund, Ray Dalio, menilai bahwa krisis di sektor kripto dan turbulensi pasar baru-baru ini, yang dipicu oleh kebijakan tarif agresif Presiden Donald Trump, merupakan indikasi dari gangguan mendasar dalam tatanan keuangan global yang lebih besar daripada yang dipahami banyak pihak.
Dalam pernyataan yang dirilis pada hari Senin, Dalio, pendiri Bridgewater Associates—hedge fund terbesar di dunia—menyebut gejolak saat ini sebagai fenomena luar biasa yang terjadi “sekali seumur hidup,” mengungkapkan adanya kerusakan struktural yang lebih luas.
Menurut Dalio, tarif yang dikenakan oleh Presiden Trump, terutama terhadap China, adalah tanda dari dinamika jangka panjang yang lebih mendalam yang tengah mengubah lanskap ekonomi global secara signifikan.
Trump Mengancam Kenaikan Tarif 50% terhadap China; Beijing Bersumpah Akan Membalas dengan Cepat
Pada Senin malam, Trump kembali memicu ketegangan perdagangan dengan mengancam akan menaikkan tarif impor Tiongkok hingga 50%. Ancaman ini langsung mendapat tanggapan keras dari Kementerian Perdagangan Tiongkok, yang berjanji untuk “dengan tegas mengambil langkah balasan” demi melindungi kepentingan ekonominya.
Ray Dalio, salah satu tokoh terkemuka di dunia investasi, mengakui bahwa Trump berkontribusi pada meningkatnya volatilitas, namun ia menekankan bahwa akar permasalahan sebenarnya jauh lebih mendalam.
“Kebanyakan orang lupa tentang kondisi fundamental yang mendorongnya terpilih sebagai presiden dan melahirkan kebijakan tarif ini,” tulis Dalio.
Ia mengidentifikasi lima kekuatan struktural utama yang memicu kekacauan ini: tingkat utang yang sudah tidak terkendali, polarisasi politik domestik, dinamika geopolitik yang terus berkembang, tekanan lingkungan, serta disrupsi teknologi—khususnya di sektor kecerdasan buatan.
Dalio juga menyoroti hubungan utang yang semakin memburuk antara AS dan Tiongkok sebagai salah satu contoh nyata ketidakseimbangan keuangan global yang semakin parah.
“Utang telah mencapai tingkat yang tidak berkelanjutan, menciptakan jurang besar antara debitur yang terlalu banyak berutang dan kreditur yang menanggung risiko berlebihan,” jelasnya.
Sementara itu, pasar kripto, yang sebelumnya dianggap terisolasi dari sistem keuangan tradisional, kini menunjukkan korelasi yang lebih erat dengan volatilitas pasar ekuitas AS. Bitcoin, misalnya, turun di bawah $75.000 setelah aksi jual besar-besaran pada akhir pekan lalu, sementara nilai pasar kripto secara keseluruhan merosot sekitar 7%.
Menurut Dalio, fenomena ini adalah cerminan dari keruntuhan struktur moneter, politik, dan geopolitik global. Ia menekankan bahwa keterkaitan perdagangan global dan arus modal kini membuat guncangan di satu sektor berdampak luas pada semua aset berisiko.
Ketika kepercayaan investor mulai terkikis, mereka cenderung menarik diri secara bersamaan, menciptakan efek domino yang mengguncang pasar finansial di seluruh dunia.
Mungkinkah Devaluasi Yuan China Memicu Kenaikan Bitcoin? Hayes Berpikir Begitu
Pendiri BitMEX, Arthur Hayes, menyampaikan pandangan bahwa respons China terhadap tarif AS, terutama melalui kemungkinan devaluasi yuan, berpotensi mendorong gelombang pelarian modal baru menuju Bitcoin.
Hayes menarik kesamaan dengan periode sebelumnya seperti tahun 2013 dan 2015, di mana situasi ekonomi yang serupa mendorong investor China untuk beralih ke Bitcoin sebagai langkah perlindungan terhadap penurunan nilai mata uang mereka.
Seperti yang dilaporkan sebelumnya, pasar mata uang kripto mengalami koreksi tajam pada hari yang disebut sebagai “Black Monday,” dengan total likuidasi mencapai lebih dari $1,36 miliar dalam sehari.
Penurunan ini tidak hanya terjadi di dunia kripto. Pasar saham AS juga mengalami tekanan besar pada Minggu malam, memicu kekhawatiran akan potensi kejatuhan pasar secara lebih luas.
Indeks S&P 500 berjangka turun 5,98%, Nasdaq 100 berjangka ambruk 6,2%, dan Dow Jones berjangka merosot 5,5%, menandakan awal minggu perdagangan yang penuh gejolak.
Bill Ackman, seorang manajer hedge fund ternama sekaligus pendukung Trump, secara terbuka meminta pemerintah untuk menghentikan kenaikan tarif selama 90 hari. Ia memperingatkan bahwa kebijakan saat ini dapat memicu apa yang ia sebut sebagai “musim dingin nuklir ekonomi.”